Selasa, September 13, 2011

Memahami & Mendidik Bayi 2 tahun...

Valerina Lois Tambunan. Putri saya yg masih berusia 2 tahun 3 bulan sangat suka akan hal-hal baru. Sewaktu dia genap berusia 2 tahun dia sangat suka dengan kartu bergambar. Melalui kartu bergambar dia mengenal Bernard, Doraemon, Robot, Sponge Bob, Boneka dan banyak jenis binatang liar.

Tapi tak lama kemudian dia bosan dengan semua kartu bergambar. Tak habis akal, istri saya mengajak dia on line. Istri saya browse di google image. Dia ketik kata kunci elephant, kemudian muncul sangat banyak gambar gajah. Putri saya berteriak kaget senang tak terucapkan. “ihh… gajah… banyak kali… ihh..”, dia bereksperesi dengan suara keras sambil tertawa. Kemudian istri saya ketik lagi plane, maka muncul sangat banyak gambar pesawat. Putri saya kembali tertawa dengan sangat senang sambil berkata, “Pesawat… pesawat..”. Demikian seterusnya hingga dia mengenal banyak jenis benda-benda. Dan dia keranjingan setiap harinya minta on line. Gawat dah…!

Setelah beberapa hari dia bosan lagi. Sekarang saya yang atasi. Saya browse di youtube. Saya search lagu anak-anak. Mulai dari becak-becak, balonku, baby dancing, letter, number, dan banyak lagu anak-nak lainnya. Dia senang luar biasa. Kemudian lagu-lagu tersebut saya download menggunakan youtube downloader. Kemudian saya convert agar bisa diputar di VCD Player dan di HP saya.

Alhasil, sekarang dia suka nyanyi lagu-lagu anak-anak, mengenal banyak gambar dan tentunya bisa menikmati keceriaan setiap harinya.

_wanditambunan_

Minggu, September 11, 2011

Sebuah Pelajaran tentang Kepemimpinan

Di kota ini kepemimpinan telah disalahartikan. Di sini, posisi strategis telah dijadikan sebagai target utama sebuah kepemimpinan. Memiliki kekuasaan mengambil keputusan telah didewakan dengan berbagai cara. Menentukan nasib orang lain telah dijadikan  sebagai kebanggaan dan pemuasaan diri semata. Memperkaya diri melalui sebuah posisi kepemimpinan telah menjadi hal yang lumrah disini.
Turun kau pemimpin tak berhati nurani!   -_curahan isi hatiku_-

Petuah bagi yang Baru Menikah, Niat Menikah, Sedang Pacaran...

“Wah… gimana nih…? Saya tidak bisa pergi ke wedding party sahabat baik kita itu. Sepertinya mayoritas kita tidak bisa pergi ke sana karena hari Jumat semua masih kerja”, demikian keluh saya suatu hari sebelum pesta pernikahan sahabat kami semalam di Raya Gotting. Sekitar 3 jam dari Sidikalang arah ke Siantar.

Setelah berdiskusi alot akhirnya kami memutuskan untuk pergi hari Sabtu, satu hari setelah pesta pernikahan mereka. Kami berangkat ber6 naik mobil salah satu dari sahabat kami. Kami sangat menikmati sepanjang perjalanan kesana. Sharing yang dibumbui sangat banyak tawa dan canda. Lumayan menambah umur.

Setibanya di Raya Gotting, kami awali dengan mengucapkan selamat. Kemudian sharing seputar pesta pernikahan mereka. Walau topiknya agak serius kami tetap membicarakannya dalam suasana penuh canda dan tawa yang adalah sebuah habit di komunitas kami.

Thanks God. Dengan perut yang sudah mulai keroncongan akhirnya mereka menjamu kami makan siang. Barangkali masih ada makanan ‘sisa-sisa’ pesta semalam. As a matter of fact, it was very delicious.
Kemudian kami melaksanakan acara singkat untuk member selamat dan nasihat bagi mereka sebagai keluarga baru.

Mr. E, salah satu dari kami memberi nasihat seputar kehidupan berumahtangga. Beliau sangat menekankan bahwa apabila kita semakin mengasihi Tuhan maka secara otomatis kita akan semakin mengasihi keluarga kita. Dan jika terjadi konflik antara suami dan istri maka kita harus berusaha berinisiatif untuk membangun kembali suasana saling mengampuni dan mengasihi. Mr. E juga bercerita bagaimana dia selalu berusaha memulai komunikasi dengan istrinya tatkala menjalani sebuah konflik. Dia memiliki cara yang sangat unik. Dia mengirim SMS ke istrinya untuk minta maaf sekaligus rekonsiliasi. Walau mereka berdua sedang rebahan bersama di ranjang yang sama. (syukur2lah Mr. E hanya SMS tidak telp. ^_^ he he he). Unik dan luar biasa bukan?

Kemudian giliran saya memberikan petuah. Saya awali dengan kalimat sederhana tentang fakta yang terjadi. “Sedewasa dan serohani apapun seseorang, pasti pernah mengalami konflik dalam rumah tangga. Yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimna kita memenejemen sebuah konflik.

Saya pribadi dan istri kadang mengalami konflik diantara kami berdua karena perbedaan pemikiran dan kesalahpahaman. Tapi satu yang saya sangat syukuri adalah kami tidak pernah membiarkan konflik ‘bermalam’ di rumah tangga kami. Jangan pernah marahan bersamaan. Ketika istri yang marah, hendaklah suami mengalah dan sebaliknya.

Institusi pertama yang Tuhan dirikan adalah keluarga. Jika suami istri saling mengasihi maka kelurga akan menjadi  teladan. Dan jika keluarga bagus maka masyarakat akan bagus. Jika masyarakat bagus maka bangsa dan negara akan bagus. Semuanya dimulai dari keluarga.

Ketika Mother Teresa menerima Nobel penghargaan, salah satu peserta yang hadir bertanya, “How do we bring peace to the world?”. Mother Teresa memberikan jawaban singkat tapi berkualitas. “Go home! Love your family.” Mother Teresa sangat menekankan bahwa keluarga yang saling mengasihi adalah awal dari terciptanya sebuah perdamaian dunia.
Therefore, Let’s love our family!.” Demikian petuah dari saya sebagai orang yang sudah menikah.

Setelah kedua mempelai mengucapakan terima kasih, kemudian kami pulang ke Sidikalang dengan mobil, rute, penumpang bahkan suasana keakaraban yang sama..

Special thanks to Edis Nababan, Oca, Elvin Boers, Nelly, Juppa. It was a great and wonderful moment.

_wanditambunan_

Jumat, September 09, 2011

Apakah Anda seorang yang rendah hati?

Apakah Anda seorang yang rendah hati?

Jika Anda menjawab Ya, berarti Anda sedang tidak rendah hati.  Ini adalah sebuah paradoks. Bagaimana bisa? Satu ciri utama dari sebuah kerendahan hati adalah memilikinya tanpa harus mengakui bahwa kita memilikinya. Betul bukan?

Pernah dengar pernyataan Martin Luther tentang kerendahan hati? Beliau pernah berkata, “God created the world out of nothing, and as long as we are nothing, He can make something out of us.”

Selama kita merasa bahwa kita adalah something maka Tuhan tidak akan bisa secara leluasa bekerja melalui kita. Tuhan yang adalah everything mampu mengubah yang nothing menjadi something useful for everyone. Tuhan ingin kita melihat diri kita sebagai pribadi yang siap Tuhan tempa.

Bukankah itu berarti minder?

Tentu tidak. Rendah hati (humble) tidak identik dengan minder. Seseorang akan menjadi minder jika dia terlarut dalam perasaan inferior. Merasa diri tidak berharga lantas selalu merasa diri tidak berguna. Itu baru salah. Jika seseorang selalu bersikap superior juga salah. Merasa diri sempurna sehingga mengabaikan keberadaan orang lain dalam hidupnya. Karakter ini bisa terjebak akan melupakan peran Tuhan dalam hidupnya. Inferior dan superior adalah dua karakter yang harus kita waspadai.

Jadi bagaimana seharusnya?

Humble bukan berarti inferior. Ketika kita rendah hati dengan mengakui bahwa kita adalah nothing. Sekaligus mengakui bahwa Tuhan adalah everything. Akibatnya kita akan confident (percaya diri) karena kita mengandalkan setiap tindakan kita pada pertolongan Tuhan yang adalah everything.

Selamat Humble!
Selamat Confident!

_wanditambunan_

Kamis, September 08, 2011

Te’ree … Gohek

Kedua kosa kata ini sangat sering saya dan teman-teman ucapkan ketika kami masih anak-anak. Saat itu kami hidup dalam suasana perkampungan yang masih sangat akrab dengan permainan-permainan tradisional seperti: margala, martakal, markaceccen, marjabu-jabu dan permainan tradisional lainnya. Dan satu hal yang paling menyenangkan adalah kita tidak membutuhkan uang dalam melakukan semua permainan ini.


Te’ree sebenarnya berasal dari kata bahasa Inggris try yang artinya mencoba. Setiap hari minggu kami sering pergi ke sungai yang cukup dalam dan aliran air yang relatif kencang. Kami sering pergi bersama-sama sekitar 10-15 anak-anak. Hanya sedikit dari kami yang bisa berenang. Saya termasuk yang belum bisa berenang. Pernah saya coba, saya nyaris tenggelam.. dan setelah beberapa bulan, banyak dari kami yang akhirnya mahir berenang. Setiap anak-anak yang sudah bisa selalu menyemangati anak-anak yang lain dengan berkata: te’ree… te’ree…. Pasti boi…. (coba aja… coba aja… pasti bisa…). Dan setiap anak-anak yang rajin te’ree… akhirnya memang bisa… saya pribadi selalu takut te’ree… dan akibatnya… saya tak kunjung bisa…


Kerap kali memang kita tidak bisa melakukan sesuatu karena tidak rajin mencoba. Dan kita langsung berhenti mencoba tatkala menghadapi tantangan. Bukankah untuk mengasah sebuah keahlian kita harus rajin berlatih?


Setiap sepulang sekolah saya dan teman-teman biasanya menghabiskan waktu dengan bekerja di ladang. Kecuali hari sabtu dan minggu kami bebas menetukan kegiatan kami. Kebetulan tetangga saya punya sepeda. Dia sangat mahir menaiki sepeda. Dia sering mempertontonkan skill nya dalam mengendarai sepeda.


Kemudian saya memohon agar dia mengajari saya. Dia bersedia. Dia hanya memberika satu filosofi sederhana. “Agar kamu bisa mengendarai sepeda, kuncinya hanya satu. Kamu harus gohek terus”, demikian dia berkomentar agak filosofis. Kemudian saya komentar balik… “Tapi kan harus seimbang… kalau tidak kan jatuh?” .. “Nah… justru keseimbangan terjadi kalau kamu gohek terus”.. demikian dia membimbing saya… . Kemudian saya te’ree.. saya gohek terus…. Ternyata tidak jatuh… tapi saya nabrak pagar karena keasyikan gohek… demikian seterusnya saya te’ree hingga akhirnya bisa.


Ternyata gohek (mengayuh) berasal dari kata Go Ahead… yang maksudnya… Ambil langkah inisiatif…. Bertindak duluan… maju kedepan….


Te’ree dan Gohek…. Dua kata yang harus selalu kita aplikasikan agar bisa maju dan berhasil dalam kehidupan….


_wanditambunan_

Rabu, September 07, 2011

Kebiasaan Baik sangat Baik Dibiasakan

Tahun 2005-2007 yang lalu saya punya seorang staff di the ark school yang sangat rajin bekerja. Kehadirannya di kursus bahasa Inggris dan Matematika yang saya kelola sangat banyak membantu. Dia sangat rajin ‘bercerita’ tentang the ark school pada setiap orang yang dia temui. Sering sekali dia berhasil meyakinkan banyak orang bahwa memilih belajar di the ark school adalah sebuah pilihan cerdas dan bijaksana.

Dia memiliki banyak kebiasaan baik yang patut kita tiru.

Pertama, dia sangat rajin memasak. Saya pribadi sangat suka masakannya. Saya sering meminta dia memasak mie kesukaan saya. Mie gomak a la batak.

Kedua, dia sangat ramah. Dia tipe orang yang rajin ‘berceramah’ pada setiap orang yang dia temui. Dia suka tertawa ngakak. Sehingga banyak orang sangat suka guyon dengan dia.

Ketiga, dia rajin belajar. Walau tidak memiliki kesempatan kuliah tinggi karena kendala ekonomi, dia tetap rajin belajar. Buktinya dia mahir berbahasa Inggris dan mengoperasikan komputer.

Keempat, dia memiliki perencanaan hidup. Dia suka menabung. Walau dia sudah menikah dan punya anak, dia tetap ‘mencuri’ waktu untuk kuliah. Dalam waktu dekat dia akan menyelesaikan studi S1 nya. Di tempat dia bekerja saat ini, dia memiliki posisi yang cukup bagus.

Kelima, the last but not the least. Dia bijak mengatur kegiatan. Hal baik kelima ini adalah yang paling saya kagumi dari dia karena hal kelima ini adalah kebiasaan yang sangat langka. Saat itu dia memiliki seorang pacar yang telah menjadi suaminya sekarang. Ketika pacaran, dia melarang pacarnya datang menemui dia pada malam minggu. Alasannya cukup sederhana tapi langka. Dia tidak ingin ngantuk di Gereja pada saat kebaktian esok paginya gara-gara pacaran. Sehingga mereka kencannya selalu minggu sore. Demikian terjadi seterusnya hingga akhirnya mereka menikah. Langka bukan?

Sampai sekarang saya tidak bisa bisa melupakan kebaikan dia. Saya sudah mengenal dia sejak dia kelas II SMA. Suatu hari dia pernah meminta agar saya bersedia dia anggap sebagai abang kandungnya, sebagai gurunya sekaligus sebagai seorang ayah bagi dia. Ayah kandungnya telah passed away sewaktu dia mash kecil.

Tentunya saya bersedia. Malah saya sangat bangga memiliki seorang ‘adik, siswa dan putri’ seperti dia..

Marilah kita telaah lagi setiap kebiasaan-kebiasaan dalam diri kita. Apakah baik atau tidak? Karena sesungguhnya tidak semua kebiasaan adalah baik. Tapi semua kebaikan harus kita biasakan… Betul bukan?

_wanditambunan_

Jumat, September 02, 2011

Berkomunikasi dengan Bijaksana


Photo new year 2009. Menunjungi oppung Balige
setelah saya menikah dan kerja
Tahun 1999 yang lalu saya pergi ke Balige menemui oppung (nenek) saya. Saat itu saya masih semester III kuliah. Saya pergi ke sana karena saya tidak lagi memiliki uang untuk kehidupan saya sehari-hari di Medan. Setibanya di rumah oppung, saya sangat kaget. Oppung saya berjalan dengan sangat cepat dan memeluk saya sambil mencium saya. 

Segera kemudian dia membeli daging dari kedai tetangga. Dia menghidangkannya. Herannya, dia menghidangkan 2 piring nasi seolah-olah kami berdua akan makan bersama. Kemudian dia memimpin doa makan. Ketika berdoa, dia juga mendoakan perkuliahan saya, keluarga dan kehidupan pribadi saya. AMIN! Seusai berdoa dia berkata, “Makanlah, saya sudah makan tadi”. Dia sengaja membuat dua piring supaya dia yang pimpin doa. Padahal hanya saya yang makan.

Sambil saya menikmati makan siang yang dia sediakan, dia banyak bertanya tentang kuliah dan kehidupan saya sehari-hari di Medan. Dia banyak menasihati saya supaya saya sungguh-sungguh belajar dan serius menyelesaikan perkuliahan saya.

Kagetnya… Dia tidak ada mengeluh. Baik tentang kesehatannya yang sudah mulai menurun maupun tentang masalah-masalah keluarga anak-anaknya.
Yang lebih mengherankan lagi… besok paginya jam 05.00 WIB dia bangun untuk berdoa. Doanya cukup panjang. Saya yakin dia mendoakan banyak hal. Saya yakin dia juga pasti mendoakan saya. Setelahnya dia pergi ke dapur untuk memasak.

Selama saya berada disana dia hampir tidak ada membicarakan keburukan siapapun. Pun tidak keburukan anak bungsunya yang agak angkuh.

Barangkali tanpa disadarinya dia tahu persis perbedaan antara orang besar, orang biasa-biasa dan orang-orang kecil.  Bukankah orang-orang kecil suka membicarakan keburukan atau barangkali ‘memburukkan’ orang lain? Alias gossip. Dan orang-orang biasa suka membicarakan tentang kehebatan diri mereka sendiri. Tidakkah kita tau jika kita suka membahas ide-ide atau solusi-solusi konkrit dari sebuah permasalahan maka kita akan disebut orang besar?

Therefore.. Let’s dream big and think big! Stop gossiping but start great action!

Kita harus ingat bahwa orang bijaksana adalah orang yang memuji orang lain secara terbuka atau terang-terangan dan mengkritik orang lain secara pribadi. Tidakkah itu jauh lebih baik demi kerukunan bersama?

Let’s do it guys….

Luph u full!

_wanditambunan_

Being Responsible

Suatu hari, salah satu siswa kami terpelesat di tangga. Gusinya berdarah, tapi tidak ada masalah dengan giginya. Kami langsung membawa dia ke RS. Dia dirawat sekitar 45 menit. Seusai dirawat, dia menangis. Kemudian saya berkata, “ Kata dokter kamu tidak apa-apa. Sebentar lagi kita akan pulang. Kamu akan segera sembuh”. Kemudian dia berhenti menangis. 

Saya minta resep ke dokter. Istri saya langsung membeli obat yang dibutuhkan. Kami membayar semua biaya perobatan dia. Hampir Rp. 200.000,-. Tidak masalah yang penting dia sembuh.

Atas perintah dokter, kami bawa dia pulang. Kami langsung antar dia ke rumahnya. Pihak keluarganya sempat kaget. Kami menjelaskan kronologis kejadiannya tanpa menyalahkan siapapun. It was just an accident.  
Akhirnya pihak keluarga mengerti. Mereka sangat berterima kasih karena kami langsung membawanya untuk dirawat di RS. Mereka memberikan uang sebagai ganti biaya perobatannya. Kami menolaknya atas alasan kami yang bertanggung jawab. Karena dia jatuh di tangga kursus kami. Setidaknya peristiwa itu menjadi ‘reminder’ bagi kami agar tetap mengontrol siswa dengan lebih disiplin.
Ada beberapa hal yang saya pelajari dari kejadian tersebut.

*      Not blaming. Tidak mencari-cari kesalahan siapapun ketika sebuah ‘accident’ terjadi.

*      Save the victim. Mengutamakan keselamatan korban. Tidak peduli biaya atau keletihan yang harus kita korbankan yang penting kita mendahulukan menyelamatkan si korban.

*      Encouraging the victim. Menguatkan si korban bahwa tidak ada masalah yang serius.

*      Being Responsible. Bertanggung jawab atas kesalahan kita sendiri. Melakukan tindakan konkrit ketika sebuah masalah terjadi. Menghindari menyalahkan siapapun.

*      Learn something. Melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi lagi kejadian yang sama. 


-wanditambunan_

Mengendalikan Emosi VS Dikendalikan Emosi

Saya betul-betul speechless menyaksikan pertandingan sepak bola Arsenal VS Newcastle 5 Februari 2011 yang lalu. Betapa tidak?

Arsenal yang sudah unggul 4-0 di babak pertama harus ‘menderita’ pengalaman pahit karena Newcastle mampu menyamakan ‘kedudukan’ menjadi 4-4 hingga akhir pertandingan.  Poin penuh hilang didapatkan Arsenal yang tengah berjuang mengejar MU saat itu.

Bagaimana hal itu terjadi?

Performa gemilang di paruh pertama berubah suram akibat perilaku tidak sportif Abou Diaby kepada dua pemain tuan rumah yang berujung kartu merah pada menit ke-50. Insiden bermula dari pelanggaran yang dilakukan Diaby kepada Joey Barton. Diaby kemudian memegang leher bagian belakang Barton dan mendorongnya sampai jatuh. Kevin Nolan kemudian menghampiri mereka dan berusaha melerai, tetapi didorong oleh Diaby.

Diaby telah dikendalikan oleh emosinya sehingga tidak bisa lagi bersikap tenang dalam mengatasi permasalahan sepele.

Wasit Philip Dowd yang berada tak jauh dari titik konflik langsung mengacungkan kartu merah kepada Diaby. Itu menjadi momen kebangkitan Newcastle. Mereka mulai berani menekan dan berhasil memaksa Arsenal bertahan. Dengan hanya bermain 10 orang dan dengan mood yang down Arsenal kehilangan keperkasaannya.

Unggul 4-0 di paruh pertama pertandingan menjadi sia-sia hanya gara-gara tidak bisa mengendalikan emosi adalah satu hal yang sangat disayangkan.

Therefore…..

Jika kita tidak ingin kebahagian kita hilang maka marilah kita mengendalikan emosi kita…

_wanditambunan_

Kebenaran yang Mengubahkan

Ketika masih remaja saya termasuk orang yang minder dan pemalu. Bagaimana tidak?

Pertama, Saya berasal dari keluarga ekonomi lemah. Lantas saya hanya bisa berpakaian seadanya saja dan tidak memiliki cukup uang jajan untuk mentraktir orang lain. Kedua, saya bukan tipe orang yang pandai bicara sehingga saya jarang tampil di depan publik. Ketiga, saya tidak memiliki cukup waktu luang untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga saya tidak memiliki banyak sahabat.
Lantas bagaimana perubahan itu terjadi?

Saya serius mempelajari kebenaran yang benar. Saya mulai rajin membaca kitab suci. Merenungkannya. Berdoa. Dan melakukannya dalam hidup saya. Perlahan tapi pasti, saya sangat menikmati perubahan dalam diri saya.
Ketika menghadapi banyak rintangan hidup, baik masalah uang, maupun masalah keluarga saya selalu ingat pesan Rasul Paulus: Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4:13.

Saya selalu ingat bahwa saya sangat berharga di mata Allah. Kebenaran itu begitu kuat bekerja di dalam diri saya. Saya tidak lagi minder. Saya sudah mulai percaya diri.

Seiring waktu, saya terus meningkatkan kualitas diri saya. Melalui membaca, berinteraksi dengan orang-orang pintar, menulis, berpikir, bertukar pikiran dan selalu merenungkan kebenaran itu sendiri.
Maka sangat tepatlah apa yang Paul Hidayat pernah bilang, “Bila Anda mempelajari kebenaran, tetapi tidak mengalami perubahan hidup, maka hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Anda tidak sungguh-sungguh belajar. Kedua, yang Anda pelajari bukan kebenaran.”

Pelajarilah kebenaran yang benar. Kebenaran yang mengubahkan. Dan pelajarilah dengan sungguh-sungguh. Maka hidup kita pasti diubahkan hari demi hari menuju kesempurnaanNya.

-wanditambunan_

Kamis, September 01, 2011

Faedah Dorongan _ PUSH yourself to the LIMIT

Sejak usia 5 tahun orangtua kami sudah membawa kami bekerja mencangkul di ladang. Kerap kali kami sekeluarga mencangkul bersama-sama. Satu hal yang sangat saya senangi adalah saya sangat menikmatinya. Di bawah panas terik matahari dan kadang hujan sekalipun kami tetap mencangkul. Bagaimana tidak?

Ayah kami sangat rajin memotivasi kami. Dia selalu memuji kami atas kelebihan kami masing-masing. Dia selalu memuji abang saya yang pintar pelajaran berhitung. Dia selalu memuji kedua adik saya yang tekun dalam mengerjakan sesuatu. Dia juga membesarkan hati saya yang pandai bermain sepak bola pada saat itu.

Setiap malam kami belajar bersama seusai makan malam. Ayah kami selalu mengajari kami belajar. Dia sangat pintar. Dia selalu menekankan ke kami betapa pentingnya jenius dalam pelajaran matematika. Dia selalu mengaku bahwa dia lebih pintar berbahasa Inggris daripada guru bahasa Inggris kami. Dia melakukanya demi membesarkan hati kami. Setidaknya kami jadi bangga bisa diajari bapak berbahasa Inggris walau hanya sebatas vocabulary dan kalimat-kalimat singkat dalam bahasa Inggris. Tidak jarang dia mengatkan bahwa dia sanggup mengajari kami hingga ke bangku kuliah. Walau sebenarnya dia tidak memiliki kemampuan itu. Tapi dia bersikap begitu demi memotivasi kami.
Ayah kami selalu berkata bahwa kami adalah orang paling pintar di desa kami. Dan akhirnya terbukti memang. Kami berempat selalu langganan ranking 1-3 di sekolah. Semua itu tidak terlepas dari dorongan kuat dari ayah kami.

Satu hal penting yang harus kita SIMAK. Bahwa seseorang akan berjalan lebih jauh daripada yang dia pikirkan ketika ada seorang yang dia hormati mengatakan bahwa dia mampu. Itulah yang terjadi pada kami. Khususnya saya. Walau dari latar belakang ekonomi lemah, ayah saya selalu meyakinkan saya bahwa saya bisa menjadi pribadi yang berhasil dalam hidup saya. And thanks God… Saya bisa meraihnya…

_wanditambunan_

Be a Mature Adult not a Childish Adult


Kerap kali kita menyalahkan orang lain atas kesalahan kita sendiri. Kita mengkritik orang lain pada saat kita melakukan kesalahan. Siapapun tidak suka ‘diserang’. Sehingga sering sekali mengkritik orang lain menjadi senjata yang ampuh untuk menutupi kesalahan sendiri.

Di sebuah rumah tangga juga sering kali terjadi konflik dan percekcokan karna suami atau istri suka mengkritik. Seharusnya suami atau istri belajar keras bagaimana cara memuji pasangannya.

Pemeran antagonist dalam ‘sandiwara’ hidup ini kerapkali diperankan oleh pria. Pria memiliki ego yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Seharusnya pria menyadari peran protagonist yang dimainkan oleh wanita dalam hidupnya.

Sewaktu pemerintahan Presiden Ronald Reagan, para pemimpin tujuh Negara industri dunia mengadakan pertemuan di Gedung Putih untuk membicarakan soal kebijakan ekonomi. Dalam pertemuan tersebut Perdana Menteri Kanada Pierre Trudeau selalu mengecam dengan pedas Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, dengan mengatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh Thatcher adalah sebuah kekeliruan besar dan tentunya tidak akan dapat dijalankan. Thatcher berdiri dihadapannya dengan kepala tegak, mendengarkan dengan cermat semua yang dikatakan sampai selesai. Kemudian ia pergi.

Reagan menghampirinya dan berkata, “Maggie, seharusnya ia tidak berkata seperti itu. Ia keliru, sama sekali keliru. Mengapa Anda biarkan?”
Thatcher memandang Reagan dan menjawab, “Seorang perempuan harus tau saat seorang pria bertingkah kekanak-kanakan.”

Kisah ini menunjukkan bahwa betapa seringkali para pria malah mengkritik ketika melakukan sebuah kesalahan. Hal ini mengindikasikan sifat kekanak-kanakan dari seorang pria.

Tidakkah seharusnya kita malu jika para wanita yang bersikap lebih dewasa dari kita? Bukankah sering kali para wanita harus letih lelah berupaya untuk memahami para pria? Setidaknya itu yang saya amati. He he he …

Therefore, Let’s become a mature adult, not a childish adult.

_wanditambunan_

Bersiaplah Maju sebagai P E M I M P I N

Bangunlah sesuai talentamu dan bersiaplah maju sebagai pemimpin. Tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah kita jalani, putar arah sekarang juga dan perbaiki segala langkah salah.

Tingkatkan kualitas dirimu. Asahlah talentamu. Bangunkanlah raksasa dalam dirimu. Bangunlah dan bermimpilah. Sekaranglah saatnya kamu harus bersiap dan maju sebagai pemimpin. Kamu harus menjadi pembaharu. Menjadi agent of change. Menjadi transformer. 

Usahakanlah kesejahteraan kota dimana kamu tinggal. Berbuatlah. Jangan lengah. Lihat sekelilingmu. Sangat banyak yang membutuhkanmu. Jangan tega membiarkan mereka menderita. Sayangilah mereka. Sampaikan kabar baik. Bantulah hidup mereka. Perlengkapilah dirimu menjadi pengaruh luar biasa bagi kehidupan. Bawalah berita kekekalan itu bagi semua orang.

_wanditambunan_

Rabu, Agustus 31, 2011

A T R A N S F O R M E D LIFE

Komunitas itu terus berkembang seiring waktu. Setiap pribadi di dalamnya bertumbuh semakin dewasa. Semakin bijaksana mengatasi masalah. Semakin saling mengasihi. Mengandalakan kasih dalam mengatasi konflik. Kekuatan yang berasal dari Pencipta langit dan bumi adalah sumber yang tidak pernah habis mereka miliki dalam menjalankan setiap misi mereka. Di dalamnya ada pribadi-pribadi luar biasa. Pribadi yang setia berdoa. Pribadi yang bijaksana mengatasi masalah. Pribadi yang rajin mengerjakan misi pelayannan. Pribadi yang berpikir tajam. Dan semua itu adalah anugerah Tuhan yang sungguh luar biasa bekerja di dalam setiap pribadi ini.

Mereka menghadapi masalah. Keuangan. Kesibukan. Kehidupan keluarga. Tantangan pekerjaan bahkan seabrek masalah sehari-hari.
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” -- Yeremia 17:7-8

Nats indah ini telah menjadi ‘reminder’ setia bagi mereka dalam menjalani dan menghadapi setiap ‘amukan’ badai hidup.
Saya sangat mencintai komunitas ini. I belong to this community. 

Saya terus berdoa agar komunitas ini menjadi wadah berkat bagi semua orang. Kami terus berjuang agar komunitas ini menjadi pengaruh luar biasa bagi kota tercinta Dairi.

_wanditambunan_

Selasa, Agustus 02, 2011

Together in H A R M O N Y

Pernah simak lirik friends are friend forever lagunya Michael Smith? 
Saya sangat suka lagu itu. Lagu yang mengingatkan kita bahwa seumur hidup bukanlah waktu yang terlalu lama untuk dijalani sebagai sahabat.

Bersahabat dengan seseorang tidak mengenal  batas waktu alias deadline atau durasi waktu. Persahabatan tidak pernah kedaluarsa alias expired. Friendship is forever.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa syarat yang harus kita miliki agar memiliki persahabatan yang langgeng? 

Minta maaf ketika salah. Memaafkan ketika tersakiti. Rendah hati dalam setiap tindakan. Perhatian dalam berinteraksi. Yang paling utama selalu saling mengasihi. Bahkan dalam lagunya Michael Smith dikatakan: ‘Friends are friends forever if The Lord’s Lord of them. Maknanya adalah jika kita memiliki Tuhan yang sama yang tentunya selalu mengajarkan kasih maka mustahil kita terlibat dalam konflik yang terlalu lama. Mengalami gesekan dalam persahabatan adalah wajar. Asalkan kita bersedia mengampuni dan bertobat dari setiap kesalahan yang pernah kita buat.

Together in Harmony

Setiap individu harus rajin introspeksi diri. Melihat dengan serius setiap karakter dan tindakan kita yang masih jadi batu sandungan bagi orang lain. Baik melalui perkataan, tindakan, mengambil keputusan bakan dalam setiap tindak tanduk kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Hendaklah kita lekas berubah tidak sebatas rajin minta maaf. Ketika  setiap orang berusaha seserius mungkin menjadi pribadi yang menjadi berkat bagi orang lain maka tidak mustahil kita bisa  hidup bersama-sama dengan  harmonis alias together in harmony. Selamat Bersahabat!

_wanditambunan_ 

Senin, Agustus 01, 2011

not FULL AC but FULL SMOKE

Bayar lebih mahal adalah hal yang wajar jika ingin lebih nyaman. Itulah yang saya dan istri harapkan ketika berangkat menuju sebuah kota beberapa waktu yang lalu. Kami duduk di kursi paling belakang. Awalnya saya sudah mulai heran. Setelah hampir 1 jam perjalanan, AC tak kunjung ON. Parahnya, 2 orang penumpang di depan kami plus supir yang tak menepati janji bisnisnya FULL AC malah merokok dengan santainya tanpa disertai rasa bersalah. Bukannya FULL AC , malah jadinya FULL SMOKE alias penuh dengan ASAP.

Please dech..! Budayakan HIDUP tanpa MEROKOK

_wanditambunan_

Minggu, Juli 31, 2011

LikerZ VS ClikerZ

Ketika log in ke FB, apa yang biasanya Anda gemar lakukan? Me-like? Comment? Update status? Upload photo, play game? Or any others?

Saya ada friend di FB yang sangat gemar me-like status, comments, photo atau apapun yang bisa di like di FB. Beberapa detik setelah saya update status dia sudah me-likenya. Ketika saya me-link postingan saya dari blog saya http://wanditeaches.blogspot.com  ke FB, beberapa detik kemudian dia sudah me-likenya. Itu berarti dia belum sempat membaca postingan saya dia sudah me likenya.. alias ‘like’ yang palsu… he he he ^peace^.

Jadi gimana donk?

Me-like status seseorang itu adalah sebuah tindakan terpuji. Tapi akan lebih terpuji jika kita me-like dengan setulus hati. Memuji seseorang tidak segampang ngeclick mouse computer. Harus dari hati dan beralasan. Dan tentunya setelah kita menyimak dan memahami makna dari sebuah status.. sekaligus menghindari status yang tidak berkualitas dan tidak membangun para facebookers.   

Asal Anda tau aja… 20 menit yang lalu dia baru saja me-like sekitar 30 postingan saya di FB….. Aneh Tapi Nyata… Jadinya saya wonder… ^_^…. ???..... jangan-jangan dia bukan liker tapi dia hanyalah sebatas clicker yang suka nge-click mouse computer……
Ha hi hu ho he…..

 _wanditambunan_

Jumat, Juni 10, 2011

A lifetime is not too long to live as friends.

Saya yakin kita sudah pernah mendengar pepatah kuno yang mengatakan, “Musuh satu orang sepertinya seribu orang, tapi teman seribu orang sepertinya masih satu orang”.
Kalimat ini seolah-olah sedang menekankan dan mengingatkan kita bahwa ssebanyak-banyaknya teman akan tetap kurang. Sekaligus menunjukkan betapa kita membutuhkan semua manusia menjadi sahabat kita. Sebaliknya, memiliki hanya satu orang musuh saja bisa membuat kita susah tidur, bahkan kurang menikmati hari-hari kita. Bersahabat tidak dibatasi oleh waktu. Bersahabat tidak cukup hanya satu hari saja, seminggu, sebulan, setahun atau bahkan sepuluh tahun saja. 

Friends are forever. Sahabat adalah untuk selamanya. Seumur hidup tidaklah terlalu lama untuk dijalani sebagai teman.

Therefore,
Friends are forever…

_wanditambunan


Kamis, Juni 09, 2011

Bijaksana terhadap Teknologi

Kita bisa menjadikan Teknologi sebagai bawahan sekaligus sebagai pimpinan. Sebagai budak sekaligus sebagai Tuan. Sebagai penolong sekaligus sebagai penghancur. Semua tergantung bagaimana kita meposisikan teknologi dalam hidup kita.

Menjadikan teknologi sebagai bawahan berarti kita bisa memanfaatkan teknologi untuk melakukan setiap keperluan kita. contoh sederhananya misalnya mengedit foto hingga ke mencetaknya.

Menjadikan teknologi sebagai atasan atau penghancur berarti kita kecanduan terhadap teknologi hingga kita mengabaikan sekitar kita bahkan diri kita sendiri..

Selasa, Juni 07, 2011

Singapore VS Indonesia

Mengamati Singapur selama delapan hari, 
Menantang pikiranku untuk berpikir lebih jauh buat negeriku, 
Merangsang minatku untuk belajar lebih serius, 
Menggugah hatiku semakin geram melihat negeriku yang jauh tertinggal, 
Membulatkan tekadku untuk belajar banyak hal di negeri jauh, 
Berpikir ulang untuk ‘pensiun’ belajar, 
Menetapkan impianku untuk segera mempersiapkan diri belajar lebih luas. 
Semua demi negeriku.

_Wanditambunan



Kamis, Mei 12, 2011

Need One Another

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” 
(Galatia 6:2)
Tidak seorangpun di bumi ini dapat hidup tanpa bergantung pada orang lain. We need each other. Ketika kita bergantung pada orang lain bukan berarti kita orang yang paling lemah tapi memang kodrat kita diciptakan untuk saling bergantung satu sama lain. 

Ketika kita mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan orang lain saat itu sebenarnya kita sedang menunjukkan kesombongan diri kita sendiri.

So guys, let’s help each other! Let’s admit that we need others. And let’s help others just the way we need others’ help.

Selasa, Mei 10, 2011

Melangkah dalam KETIDAKPASTIAN

Beberapa bulan sebelum tamat kuliah tahun 2001 yang lalu saya sudah bertekad akan pergi ke Jawa setamat kuliah. Saya sudah berencana untuk mencari pekerjaan di Jawa sekaligus menabung dana untuk kuliah lagi di Jawa.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Dua minggu sebelum saya diwisuda bulan juli 2001, saya mendapat tawaran pekerjaan di Kisaran dengan gaji relatif ‘menggoda’. Mengingat saat itu adik saya sedang mengikuti bimbingan untuk test PTN maka saya memutuskan untuk berangkat ke Kisaran seminggu sebelum saya wisuda. Dan akhirnya saya bekerja di Kisaran selama 2 tahun terhitung sejak Juli 2001-Juli 2003.

Selama bekerja di Kisaran saya sering bergumul akan mimpi saya untuk bisa kuliah lagi di Jawa. Tetapi mengingat saya harus membiayai kuliah adik saya sehingga saya harus bertahan agar tetap bekerja di Kisaran.

Menabur dalam ‘moment ketidakpastian’

Walau setiap harinya selama di Kisaran hati saya masih tergoda untuk meninggalkan kota Kisaran, saya tetap belajar setiap harinya. Saya melahap banyak buku-buku bahasa Inggris tentang metode pengajaran, tata bahasa dan pembuatan materi belajar yang menarik. Saya juga banyak melahap buku-buku tentang kepemimpinan.

Setelah 2 tahun di Kisaran, abang saya mengajak saya untuk membantu dia cara membuka kursus bahasa Inggris di Sidikalang. Akhirnya dengan modal seadanya saya membuka kursus bahasa Inggris the ark school sejak Januari 2004. Tahun demi tahun, walau perlahan, kursus the ark school ini mengalami perkembangan.

Unfortunately, abang saya tidak serius membekali dirinya dalam hal cara mengelola dan mengembangkan usaha. Justru saya yang sangat banyak belajar dengan membaca banyak buku tentang pengembangan usaha. Saya juga rajin mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengajaran dan pengelolaan usaha.
31 Desember 2006, tepatnya malam tahun baru, saya berdoa sendirian di rumah the ark school. Saat itu saya memohon petunjuk Tuhan akan rencana masa lalu saya untuk pergi ke Jawa. Saat itu saya menyapaikan rencana saya kepada Tuhan bahwa saya akan berangkat ke Jawa bulan Juli 2007. Saya menetapkan waktu selama satu semester untuk mengujinya. Saya sudah share ke kedua adik saya kalau saya ada rencana pergi ke Jawa. Saya berpesan ke mereka agar tetap melanjutkan mengelola the ark school.

Setelah satu semester berlalu, Tuhan tetap meyakinkan saya untuk tetap tinggal di Sidikalang. Kemudian saya berdoa kembali, “Tuhan, jika Engkau menghendaki aku tetap tinggal di Sidikalang, berkatilah the ark school ini, dan berikanlah petunjukMu agar saya menemukan teman hidup yang sepadan dengan saya dan agar saya bisa segera menikah”, demikian doa saya saat itu.

'pasca wedding' Helvetia Medan
Akhirnya, Juni 2008, saya menikah dengan mantan pacar saya ketika kami masih kuliah. Sebelum kami memutuskan menikah, saat itu pacar saya yang sekarang sudah menjadi istri saya  bertanya,”Setelah menikah kita tinggal di mana?” “Di Sidikalang lah”, jawab saya singkat. “Lho, jangan gitu donk, saya lahir dan bertumbuh di Medan. Saya belum pernah tinggal di luar kota Medan.. jadi kita harus tinggal di Medan donk…” demikian istri saya berargument. “T’rus… pesta pernikahan kita dimana?” dia bertanya lagi. “Di kampung orang tua saya lah. Biasanya pesta kan di rumah pihak laki-laki”, ucap saya menyatakan keinginan saya. “Ahh, gak mau. Pokoknya pesta harus di Medan”, dia ngotot dengan keinginannya. Akhirnya, kami buat pilihan. Jika pesta pernikahan di Medan, maka setelah pesta tinggal nya di Sidikalang. Dan sebaliknya.  Saya lebih memilih untuk tinggal di Sidikalang. Dan istri saya lebih memilih pesta pernikahan di Medan. Benang merahnya dapat. Pesta pernikahan di Medan dan kemudian kami tinggal di Sidikalang. Demikian proses ceritanya maka akhirnya hingga sekarang kami tinggal di Sidikalang.
I and my daughter Valerina Lois



Bill Purvis, gembala jemaat senior sebuah gereja besar di Columbus, Georgia berkata, “Jika Anda mengerjakan apa yang dapat Anda kerjakan, dengan apa yang Anda miliki, di mana pun Anda berada, Tuhan tidak akan meninggalkan Anda di mana pun Anda berada, dan Dia akan menambahkan apa yang Anda miliki.”

Therefore, walau sedang berada dalam ketidakpastian… marilah kita tetap melangkah, menabur, hingga suatu hari kelak kita akan menuai setiap hal yang pernah kita tabur.

_wanditambunan_